Thursday, May 15, 2008

tagore dan sekolah

Rabindranath Tagore tak punya kata-kata bagus untuk sekolah. Sekolah, seperti yang ditempuhnya semasa kanak, kemudian ia sebut sebagai “siksaan yang tak tertahankan.”

Tak heran bila pada umur 13 tahun ia berhenti. Kemudian ia jadi penyair. Kemudian ia jadi pemikir India paling terkemuka hingga hari ini; orang Asia pertama yang mendapatkan Hadiah Nobel untuk kesusastraan.

Demikian, pada tahun 1924 ia berbicara kepada para guru tentang penglaman pendidikannya itu. “Sering aku hitung tahun-tahun yang harus aku jalani sebelum aku memperoleh kemerdekaan ku,” katanya ketika ia berkunjung ke Tiongkok – seakan-akan sekolah adalah sebuah penjara. Seakan-akan sekolah sebuah tempat menunggu yang pengap, sebelum seorang anak boleh pergi setelah dianggap ‘jadi’. “Betapa inginnya saya,” kata Tagore mengenang, “untuk dapat melintasi masa 15 atau 20 tahun yang menghalang itu, dan dengan semacam sihir ghaib, serta-merta jadi seorang dewasa.”

- dalam Nyontek, oleh GM

Wednesday, May 14, 2008

coret carut

“Sejak awal 1960an, Goenawan sudah menulis betapa sastra, atau seni pada umumnya, selalu berawal dari kehidupan nyata; betapa hasil seni tak pernah sempurna, meskipun ia selalu ingin demikian.” – petikan dari muka xxii, Kata, Waktu

“How many roads must a man walk down, before you call him a man? Yes, 'n' how many seas must a white dove sail, before she sleeps in the sand? Yes, 'n' how many times must the cannon balls fly, before they're forever banned? The answer, my friend, is blowin' in the wind, the answer is blowin' in the wind.” – Bob Dylan dalam Blowin’ in the Wind.

“Bored with studying, I left everything to the mercy of chance. I had a natural instinct for predicting the important point in each subject, almost guessing the ones that most interested the teachers in not to study the rest. The reality is that I did not understand why I had to sacrifice my talents and my time on courses that did not move me and therefore would be of no use to me in a life that was not mine.” - Gabriel Garcia Marquez dalam Living To Tell the Tale.
.
14 mei 2008